BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mudik
adalah bagian dari budaya masyarakat menjelang Hari Raya idul Fitri. Tak heran
setiap kali menjelang Hari Raya Idul Fitri kerap kali terjadi macet. Brebes
merupakan salah satu daerah yang mengalami macet cukup parah pada lebaran tahun
2016. Kemacetan terjadi tidak hanya terjadi jalan pantura tapi juga terjadi di
jalan alternatif. Tentu hal tersebut membuat resah para pemudik dan warga lokal
itu sendiri.
Sebelum
datangnya arus mudik, tentu para instansi dan pengambil kebijakan
mempersiapakan MRLL, perlengkapan jalan yang dibutuhkan serta personil untuk
melakukan pengamanan. Pada musim mudik akan terjadi lonjakan arus lalu lintas
mencapai 400 % terlihat dari data traffic Counting dishubkominfo kabupaten
Brebes. Penanganan kemacetan dimaksudkan untuk mengatur arus lalu lintas agar
resiko macet dapat dikurangi.
Untuk
mengatasi masalah klasik macet saat mudik, maka diperlukan manajemen rekayasa
lalu lintas yang tepat. Butuh kerjasama yang solid dan keputusan yang tepat
untuk menangani masalah di lapangan. Puncak arus mudik tentu akan berbeda
setiap tahun dan butuh keputusan yang tepat untuk mencegah penumpukan
kendaraan, karena panjang hari libur juga berpengaruh terhadap waktu mudik
masyarakat. Untuk itu butuh strategi yang tepat dan manajemen rekayasa lalu
lintas mengatasi masalah yang terjadi di lapangan.
Namun
yang terjadi di mudik lebaran tahun 2016 adalah kemacetan yang sangat parah
terlihat panjang antrian yang akan keluar di pintu keluar Brebes Timur yakni 12
km berdasarkan keteragan dari Jnderal Boy Rafli Amar . Arus lalu lintas
cenderung terfokus pada jalan tol dan terdapat kesulitan saat membuang arus
lalu lintas dari jalan tol menuju pantura. Sedangkan pantura itu sendiri
volumenya juga sudah padat. Sehingga perlu adanya analisa penyebab kemacetan
dan kebijakan yang telah diambil untuk menjadi dasar pertimbangan pengambilan
kebijakan untuk mengatasi arus mudik tahun-tahun berikutnya.
B. Identifikasi
Masalah
1.
Apa penyebab kemacetan arus mudik di
kabupaten Brebes ?
2.
Apakah kebijakan yang telah diambil untuk
mengatasi arus mudik tahun 2016 di Kabupaten Brebes sudah tepat?
3.
Bagaimana konsep penanganan arus mudik
yang dapat diterapkan berdasarkan fenomena kemacetan pada arus mudik di tahun
2016 ?
C.
Tujuan
1. Mengidentifikasi
penyebab kemacetan arus mudik di Kabupaten Brebes
2. Menganalisa
kebijakan pemerintah yang telah diambil
3. Memberikan
rekomendasi keputusan untuk mengatasi masalah kemacetan saat mudik lebaran
D.
Manfaat
1. Manfaat
Teoritis
Menambah wawasan tentang pengambilan
kebijakan dalam menghadapi permasalahan transportasi
2. Manfaat
Praktis
Dapat dijadikan bahan masukan dalam penanganan
arus mudik pada mudik tahun mendatang
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
VMS (Variable Message Sign)
Variable
Message Sign (VMS) merupakan perangkat kontrol lalu
lintas yang dapat menampilkan satu atau lebih pesan kepada pengguna jalan.
Fungsi VMS secara umum adalah untuk menyampaikan informasi peringatan,
larangan, perintah dan petunjuk. Selain itu, VMS juga diaplikasikan untuk
kebutuhan Manajemen Lalu Lintas.
B.
Rute Jalan
Rute
adalah kumpulan ruas jalan yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain
secara menerus.
C.
Kemacetan
Kemacetan
adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau
melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas
ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan
terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan
pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat
kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).
Jika
arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin
meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan
satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau
bergerak sangat lambat ( Ofyar Z Tamin, 2000 ).
D.
Jalan Tol
Jalan
tol adalah jalan umum yang kepada pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol
dan merupakan jalan alternatif lintas jalan umum yang telah ada. Jalan tol
diselenggarakan dengan maksud untuk mempercepat pewujudan jaringan jalan dengan
sebagian atau seluruh pendanaan berasal dari pengguna jalan untuk meringankan
beban pemerintah.
Jalan
tol diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan efisien pelayanan jasa
distribusi guna menujukkan pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan wilayah
dengan memperhatikan rencana induk jaringan jalan.
E.
Mudik
Mudik
merupakan budaya masyarakat untuk pulang ke kampung halaman untuk merayakan
hari raya.
BAB
III
ISI
A.
Identifikasi Masalah Kemacetan
Banyak sekali faktor
yang bisa menyebabkan kemacetan seperti tidak seimbangnya volume lalu lintas
dan kapasitas jalan, hambatan samping, kerusakan jalan dll. Namun berbeda
dengan penyebab masalah kemacetan di jalan Kabupaten Brebes pada musik lebaran
tahun 2016. Kemacetan di Kabupaten menjadi salah satu kemacetan terparah mudik
lebaran di Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berikut
penyebab kemacetan di jalan pantura Brebes maupun jalan alternatif di kabupaten
Brebes, yakni:
1.
Jalan Pantura
Jalan Pantura Brebes merupakan pintu
gerbang masuk daerah jawa tengah yang selalu jadi jalan favorit para pemudik
yang dapat terhubung lebih cepat ke Kabupaten Pekalongan, Batang dan Semarang.
Di jalan Pantura Brebes juga terdapat pintu exit tol Pejagan dan Brebes Timur,
tentu akan terjadi pertemuan arus yang besar di jalan pantura Brebes. Jalan Tol
dibuat untuk mengatasi macet di pantura, terutama macet pada saat mudik. Namun
pada lebaran tahun ini justru jalan tol macet hingga 5 Km lebih. Berikut
identifikasi penyebab kemacetan di jalan pantura Brebes yakni:
a. Tol
tidak terkoneksi
Pusat kemacetan pada ruas pantura Brebes
diakibatkan penumpukan kendaraan dari panturan dan dari jalan tol. Pada saat
arus mudik, volume lalu lintas di jalan pantura akan naik dratis. Apalagi jika
ditambah oleh kendaraan yang keluar lewat pintu tol Pejagan dan pintu tol
Brebes timur maka yang terjadi adalah penumpukan kendaraan.
b. U
turn yang ada di Pantura tidak dijaga oleh petugas
Menutup akses U turn merupakan salah
satu upaya manajemen rekayasa lalu lintas untuk melancarkan arus lalu lintas
dengan mengurangi hambata samping. Namun adanya U turn yang dibuka di beberapa titik
dan tidak dijaga menjadi permasalahan karena banyak yang putar balik sembarangan
sehingga menghambat arus lalu lintas. Dalam 1 jam terdapat rata-rata 42
kendaraan yang putar balik. Survei dilakukan di U Turn Depan Pom Bensi Pejagan.
Gambar 1. situasi di U turn depan SPBU
Pejagan
c. Daerah
Brebes merupakan daerah titik lelah pengguna jalan sehingga pengemudi yang
dalam kondisi lelah cenderung lebih mudah berubah menjadi agresive driving yang
memicu adanya tindakan pelanggaran. Waktu perjalanan dari Jakarta menuju Brebes
yakni kurang lebih 4 jam jika menggunakan tol dan 6 jam menggunakan kendaraan
pribadi.
Gambar
2
Kemacetan
di jalan pantura
|
Gambar
3
Kemacetan
di jalan pantura meski sudah diberlakukan sistem kontra Flow
|
Gambar
4
Kemacetan
di jalan tol Brebes Timur
|
Gambar
5
Kemacetan
di pintu keluar tol di Brebes Timur
|
2.
Jalan Alternatif
Adanya
kemacetan di jalur alternatif seperti jalur alternatif Ketanggungan – Jati
Barang sebagian besar merupakan akibat dari faktor manusia yang melanggar
aturan lalu lintas. Jalan alternatif Ketanggungan – Jatibarang merupakan jalan
Provinsi 2/2 dengan lebar 8 meter. Adanya kemacetan di jalan tersebut karena
pengemudi banyak yang menggunakan lajur untuk kendaraan berlawanan sehingga
jalan yang seharusnya 2 hari menjadi 1 arah. Ini mengakibatkan kendaraan
menjadi beradu muka dan tidak bisa maju maupun mundur. Inilah yang menyebabkan
titik sumbatan arus lalu lintas. Hal ini terjadi karena faktor manusia.
Pengemusi mencapai titik lelah setelah memasuki kawasan Brebes sehingga
pengemudi banyak melakukan pelanggaran dengan maksud agar dapat sampai tujuan
dengan cepat. Berikut data pelanggaran
lalu lintas yang terjadi yakni:
No.
|
Jenis
Pelanggaran Lalu Lintas
|
Jenis
Kendaraan
|
|||
Sepeda
Motor
|
Mobil
Pribadi
|
Bus
|
Mobil
Barang
|
||
1
|
Change Line
|
76
|
43
|
2
|
13
|
2
|
Contra Flow
|
44
|
21
|
1
|
2
|
3.
|
Berhenti Sembarangan
|
54
|
24
|
2
|
5
|
4.
|
Meyalip dari arah kiri
|
81
|
15
|
0
|
6
|
Tabel
1. Data Pelanggaran Lalu Lintas dari Ruas Jalan Alternatif Dermoleng – Jati
Barang, survey di ruas jalan depan SMPN 2 Ketanggungan sampai Pertigaan
Bulakelor pukul 09.00 – 10.00 WIB
3.
Jalan Tol
Menurut bapak Afifudin, M.Sc selaku
dosen PKTJ pada Rabu, 27 Juli 2016 di kampus PKTJ menyatakan kemacetan di
Brebes disebakan arus lalu lintas dari jalan tol terkonsenterasi untuk keluar
di pintu keluar Brebes baik pintu tol Pejagan maupun pintu tol Brebes Timur
yang langsung bertemu dengan arus lalu lintas dari jalan pantura. Sedangkan
jarak dari pintu keluar tol Pejagan dan Brebes Timur dekat, tidak terlalu jauh.
B.
Keputusan Yang Diambil Pemerintah
Awalnya
pemerintah beranggapan dengan adanya jalan tol akan dapat mengurangi kemacetan
di jalan Pantura. Namun kenyataan di daerah Brebes sebagai daerah exit tol,
justru menjadi penyebab kemacetan. Berikut keputusan yang diambil pemerintah
untuk mengatur arus mudik di mudik lebaran tahun 2016, yakni:
1. Membuka
pintu exit tol di Pejagan dan Brebes Timur
2. Menutup
sebagian Rest Area di Jalan Tol
3. Menutup
sebagian besar U turn di jalan Pantura Brebes
4. Menutup
arah ke Ketanggungan pada jalan alternatif Ketanggungan – Kubangwungu Songgom
5. Memberlakukan
sistem kontra flow di Jalan Pantura Kabupaten Brebes
C.
Dampak Positif dan Negatif dari
Kebijakan Pemerintah
1. Dampak
positif dari kebijakan yang diambil pemerintah
Suatu kebijakan tentu pertujuan untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Diharapkan dari dampak positif kebijakan tersebut dapat
mengatasi permasalahan yang ada. Berikut dampak positif dari kebijakan yang
diambil pemerintah, yakni:
a. Arus
keluar dari tol dapat di pisah menjadi dua yakni yang keluar lewat Pejagan dan
Brebes Timur.
b. Dengan
menutup beberapa rest area maka hambatan arus lalu lintas di jalan tol akan
berkurang karena U turn ditutup untuk akses belok maupun putar balik.
c. Dengan
menutup U turn di Pantura maka dapat membuat arus lalu lintas lebih lancar
karena tidak ada akses untuk putar balik maupun belok.
d. Mengambil
manjemen rekayasa lalu lintas dengan memberlakukan sistem satu arah akan
membuat arus lalu lintas yang diprioritaskan akan menjadi lancar.
e. Pemberlakuan
sistem kontra Flow memberikan ruang untuk kendaraan dari arah lalu lintas yang
diprioritaskan guna mengurangi antrian kendaraan akibat macet
2. Dampak
negatif dari kebijakan yang diambil pemerintah yakni:
a. Dengan
dengan membuka tol Pejagan maka menculkan pertemuan arus lalu lintas dari arah
pantura, jalan alternatif Kersana – Ciledug dan jalan Tol di Ketanggungan.
b. Penutupan
rest area membuat pengguna jalan akan semakin lelah di perjalanan dan bahan
bakar tidak dapat di isi. Brebes yang merupakan daerah pintu keluar tol dan
daerah titik dimana pengemudi sudah mulai lelah karena berkendara di jalan tol
sehingga ini menyebabkan pengendara menjadi agresif driving dengan adanya
pelanggaran lalu lintas di jalan alternatif Dermoleng – Jatibarang. Pengguna
jalan menutup lajur untu arus lalu lintas dari arah sebaliknya membuat
kemacetan yang parah. Karena kendaraan besar dari arah berlawanan tidak bisa
maju maupun mundur.
c. Dengan
penutupan sebagian besar U turn maka arus lalu lintas lokal yang hendak putar
balik akan bertumpuk pada U turn yang dibuka. Dengan tidak dijaganya U turn
mengakibatkan banyak pengendara yang putar balik sembarangan dan memuncukan
konflik lalu lintas.
d. Pemberlakuan
sistem satu arah akan menimbulkan permasalahan bagi aruss lalu lintas lokal.
Apalagi jika tidak ada jalur alternatif yang lain maka akan terjadi pelanggaran
lalu lintas dari warga lokal. Seperti yang terjadi pada jalan menuju pasar
Ketanggungan.
e. Pemberlakuan
sistem kontra flow memang kerap menjadi solusi yang sering diambil oleh
pemerintah. Namun, yang harus diperhatikan saat menggunkan sistem kontra flow
adalah sistem kontra flow membutuhkan jumlah personil pengaman yang cukup
banyak dan membetuhkan perlengkapan jalan seperti barier dan traffic cone yang
banyak untuk memberikan batas atas median non permanen pemisah arus lalu lintas
dari arah berlawanan. Tidak adanya penjagaan dan informasi yang jelas tentang
batas awal dan akhir dari pemberlakuan sistem kontra flow serta minimnya
perlengkapan jalan pendukung sistem kontra flow membuat kemacetan pada lajur
dari arah lalu lintas berlawanan. Banyak kendaraan yang sengaja mengambil lajur
dari arah berlawanan sebelum U turn titik awal sistem kontra flow dan kendaraan
yang tidak keluar dari lajur arah berlawanan pada batas akhir sistem kontra
flow.
f. Bahan
bakar menjadi langka dan melonjaknya harga BBM eceran Langkannya bahan bakar
akibat truk pengangkut BBM Pertamina tidak bisa lewat akibat macet. Kendaraan
yang terjebak macet lama-kelamaan kehabisan bahan bakar. Melihat peluang ini
warga setempat memanfaatkannya dengan menjual BBM dengan harga mahal mencapai
Rp 100.000,-/liter. Karena dalam keadaan terdesak pemudik terpaksa membeli BBM
eceran agar dapat melanjutkan perjalanan.
g. Banyak
sampah yang berserakan di sepanjang jalan karena kebiasaan buruk pengguna jalan
yang membuang sampah sembarangan.
Gambar
7
Banyaknya
sampah di jalan Tol Brebes Timur
|
Gambar
6
Kondisi
bahu jalan di jalan alternatif Ketanggungan - Jatibarang
|
Gambar
8
Penjual
BBM eceran memasang tarif yang sangat mahal
|
BAB
IV
REKOMENDASI
A.
Dasar Rekomendasi
Rekomendasi diambil berdasarkan lokasi
titik – titik kemacetan di daerah Brebes dan penyebab kemacetan yang terjadi.
Dalam manajemen rekayasa lalu lintas mengatasi kemacetan didasarkan route
perjalanan pemudik dengan melihat jalan alternatif yang dapat digunakan yang
sebagian besar pemudik belum mengetahui. Rekomendasi di dasarkan pada
perbandingan V / C ratio jalan. Berikut data kendaraan yang masuk dan keluar
dari jalan di Kabupaten Brebes dari arus mudik tahun 2015 dan tahun 2015 yang
menjadi salah satu dasar rekomendas, yakni:
WAKTU
|
TOTAL
KENDARAAN TAHUN 2016
|
TOTAL
KENDARAAN TAHUN 2015
|
||
MASUK
|
KELUAR
|
MASUK
|
KELUAR
|
|
H-7
|
20.955
|
17.762
|
14.021
|
7.832
|
H-6
|
18.351
|
14.313
|
19.867
|
6.115
|
H-5
|
19.880
|
11.376
|
13.619
|
8.820
|
H-4
|
29.455
|
11.409
|
37.457
|
6.667
|
H-3
|
89.941
|
6.689
|
25.591
|
5.018
|
H-2
|
34.051
|
7.888
|
34.362
|
5.089
|
H-1
|
15.828
|
5.290
|
26.283
|
5.006
|
H1
|
17.322
|
16.117
|
34.389
|
4.977
|
H2
|
14.392
|
14.679
|
6.066
|
5.742
|
H+1
|
23.598
|
10.873
|
19.651
|
14.452
|
H+2
|
19.939
|
20.435
|
9.685
|
7.618
|
H+3
|
10.338
|
10.949
|
9.539
|
11.525
|
H+4
|
18.426
|
14.832
|
14.362
|
23.232
|
H+5
|
15.483
|
18.672
|
7.336
|
13.248
|
H+6
|
7.033
|
7.396
|
12.605
|
16.838
|
jumlah
|
303.712
|
136.831
|
240.991
|
77.336
|
Sumber
: Dishubkominfo Kabupaten Brebes
Tabel
2. Data kendaraan masuk melewati jalur alternatif Ciledug – Ketanggungan
JAM
|
TOTAL
KENDARAAN TAHUN 2016
|
TOTAL KENDARAAN TAHUN 2015
|
||
MASUK
|
KELUAR
|
MASUK
|
KELUAR
|
|
H-7
|
22.510
|
16.575
|
18.422
|
17.759
|
H-6
|
23.036
|
15.121
|
25.134
|
19.431
|
H-5
|
78.901
|
17.979
|
55.479
|
21.854
|
H-4
|
234.037
|
9.188
|
134.712
|
28.169
|
H-3
|
277.071
|
6.327
|
155.894
|
21.704
|
H-2
|
70.154
|
13.222
|
225.694
|
17.684
|
H-1
|
25.999
|
13.718
|
43.825
|
13.886
|
H1
|
19.447
|
11.951
|
26.239
|
22.148
|
H2
|
17.110
|
29.277
|
18.853
|
13.694
|
H+1
|
13.292
|
43.048
|
17.010
|
40.303
|
H+2
|
16.502
|
52.218
|
12.880
|
28.869
|
H+3
|
11.587
|
130.582
|
14.102
|
73.161
|
H+4
|
11.442
|
130.966
|
2.167
|
7.377
|
H+5
|
15.850
|
96.015
|
11.299
|
93.196
|
H+6
|
12.576
|
61.075
|
21.543
|
95.446
|
JUMLAH
|
798.059
|
228.624
|
734.142
|
245.501
|
Sumber : Dishubkominfo
Kabupaten Brebes
Tabel
3. Data kendaraan masuk melewati jalur Pantura Brebes
2016
|
2015
|
persentase
|
||
456.088
|
396.827
|
7%
|
||
779.635
|
574.022
|
15%
|
||
837.443
|
808.156
|
2%
|
||
776.536
|
825.089
|
-3%
|
||
549.813
|
701.358
|
-12%
|
||
214.303
|
534.856
|
-43%
|
||
146.988
|
288.405
|
-32%
|
Tabel
4. Data perbandungan jumlah kendaraan dari arus mudik tahun 2015 dan 2016
Diagram
2. Data kendaraan masuk melewati jalur alternatif Ciledug - Ketanggungan
Digram
2. Data kendaraan masuk melewati jalur Pantura Brebes
Dari
diatas dapat diketahui bahwa puncak arus mudik tahun 2015 dan 2016 berbeda.
Dari total kendaraan yang melintas, diketahui secara umum bahwa tahun pemudik
2016 yang melewati pantura mengalami penurunan. Sebagian besar lebih memilih
untuk menggunakan jalan tol. Fakta dilapangan menunjukkan kemacetan yang parah.
Kemacetan disebabkan penumpukan arus pada pertemuan arus dari tol dan jalan
pantura serta pelanggaran lalu lintas oleh pengemudi. Seperti menggunakan lajur
dari ars yang berlawanan, berhenti di badan jalan dll. Adanya macet membuat
arus lalu lintas berhenti dan volume kendaraan akan relatif kecil. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kemacetan
dikarenakan ada yang kurang tepat dalam pengaturan lalu lintas, prediksi dan
penanganannya. Aspek penting yang harud dirubah adalah membagi rute arus agar
arus dapat terbagi, meski nantinya akan menempuh jarak jauh jauh, namun tidak
akan terjebak macet yang parah.
B.
Rekomendasi
1.
Membuat VMS pada titik persimpangan arus
dan jalan alternatif pada titik-titik daerah sebagai berikut:
Titik
pemisahan arus yang menuju jawa
tengah,yakni:
1.
Pantura
2.
jalan alternatif Ciledug - Ketanggungan
|
Lingkaran merah adalah exite tol
Brebes yang macet
Sumber : Google Maps
Gambar
9
Peta
jalur mudik dari Cikampek
|
VMS luar tol
|
VMS dalam tol
|
VMS 1 memisahkan arus lalu lintas
yang menuju Jateng untuk melewati Pantura, Jalan Tol dan Jalan Alternatif Jalur Selatan
Gambar
10
Penempatan
VMS 1
|
VMS 2
|
VMS 2 memisahkan arus lalu lintas
yang menuju Jateng untuk jalur tengah
(Sumedang – Jatiwangi – Palimanan) dan
Jalur Nagrek – Ciawi – Banjar
Gambar
11
Penempatan
VMS 2
|
VMS 3
|
VMS 3 memisahkan arus lalu lintas
yang menuju Jateng untuk melanjutkan
lewat jalan tol menuju Brbes dan yang menuju jalur alternatif Ciledug –
Ketanggungan
Gambar
12
Penempatan
VMS 3
|
Lingkaran
merah menunjukkan pertemuan arus dari exit tol pejagan dan jalan alternatif
Ciledug Ketanggungan
Gambar
13
Pertemuan
arus Exit Tol Pejagan dan Jaln Alternatif Ciledug – Ketanggungan
|
BAB
V
PENUTUP
Ø Resiko
dari rekomendasi 1, yakni :
1)
Butuh koordinasi daerah Dishubkominfo
Kabupaten/Kota di Jabar dan Jateng mengenai data Traffic Counting dan data
jumlah kendaraan yang memasuki jalan tol
2)
Membutuhkan biaya dalam pembuatan VMS
pada lokasi yang telah ditentukkan
Berikut
contoh VMS yang dapat di gunakan untuk menagarahkan arus lalu lintas, yakni:
Gambar
14. VMS pada jalan tol
|
Gambar
15. VMS yang dipasang langsung
|
2.
Membuat rute jalur mudik dengan rute
yang sudah ditentukan dari Jakarta ke Jawa tengah, agar dapat dipilih oleh para
pemudik, yakni :
a.
Rute
1 : Tol
Jakarta – Cikampek Tol Cikopo – Palimanan (Cipali) Tol Palimanan – Kanci (Palikanci)
panjang total 142 km waktu tempuh 1,5 jam Tol
Pejagan – Brebes Timur
b.
Rute
2 : Tol Jakarta –
Cikampek Pamanukan Jatibarang Palimanan
Cirebon
Dengan panjang total 217 km dapat
ditempuh dalam waktu 4 jam perjalanan
c.
Rute
3 : Tol
Cipularang keluar di Gerbang Tol (GT) Sadang Subang Cikamurang Kadipaten Palimanan
Cirebon
Dengan panjang total 227 km dan waktu tempuh sekitar 5 jam
d.
Rute
4 : Dawuan Cipularang Cileunyi
e.
Sumedang Kadipaten Palimanan Cirebon
Dengan panjang 251 km dan waktu tempuh 5
jam
Apabila terjadi antrean
di GT Cikopo dan ekor antrean mencapai GT Cikampek. Dibutuhkan rekayasa lalu
lintas, GT Cikampek arah jakarta ditutup dan arus kendaraan menuju Jakarta
diarahkan melalui GT Kalhurip Selatan (Via Kota Bukit Indah). Sedangkan arus
lalu lintas kendaraan menuju arah Palimanan (melalui ruas tol Cikapali)
diarahkan melalui jalur arteri Pantura
Ø Resiko
dari rekomendasi 2, yakni:
1) Perlu
adanya team sosialisasi yang membuat iklan layanan masyarakat untuk memberikan
informasi tentang jalur mudik alternatif yang dipakai pemudik
2) Membutuhkan
biaya untuk sosialisasi tentsng informasi rute jalan mudik yang dapat dipakai
oleh pemudik sehingga pemudi tidak terfokus pada jalur-jalue tertentu
Dengan adanya rekomendasi akan dapat mengurangi volume lalu
lintas yang menggunakan tol sehingga kemacetan dapat dicegah. Antrean di pintu
exit tol pejagan yang mencapai 12 km pada H - 2 dapat dikurangi sekitar 50 %
apabila jalur alternatif Cileddug – Ketanggungan dimanfaatkan agar arus
kendaraan dari tol terlebih dahulu di
keluar dari tol menuju pintu keluar Palimanan Cirebon.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemacetan
merupakan masalah klasik transportasi yang kerap kali terjadi pada saat mudik
lebaran. Untuk mengatasi kemacetan perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak.
Kebijakan yang sesuai kondisi lapangan dapat mengurangi dampak dari kemacetan. Jalan
tol jangan selalu menjadi andalan dalam mengurangi kemacetan, namun manajemen
route mudik dengan melibatkan jalan alternatif sehingga arus lalu lintas dapat
dibagi.
Sistem
informasi tentang arus lalu lintas perlu himpun secara terpusat, sehingga
apabila ada informasi pada suatu jalan yang macet maka arus lalu lintas yang
akan menuju jalan tersebut dapat dialihkan ke jalan lain sehingga kemacetan
dapat terurai. Jaringan jalan tol juga harus segera di selesaikan sehingga
pintu keluar tol tidak akan mengalami antrian panjang.
B. Saran
Penelitian
kebijakan ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi pertimbangan untuk
pengambilan kebijakannya selanjutnya dan dapat dilakukan penelitian situasi
arus lalu lintas mudik dari beberapa tahun untuk dapat mengambil perbandingan
tingkat kemacetan dan titik kemacetan sehingga dapat diketahui penyebab yang
kerap terjadi pada arus mudik.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R &
Adisasmita, S.A. 2011. Manajemen
Transportasi Darat : Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas di Kota Besar (Jakarta).
Jakarta:Graha Ilmu.
Khisty, Jotin C dan B.
Kent Lall. 2003. Transportation Engineering : An Introduction, 3rd Edition.
Pearson Education. Prentice Hall.
Morlok, Edward K. 1978.
Introduction to Transportation
Engineering and
Planning. Mc Graw-Hill.Inc. Pennsylvania.
Planning. Mc Graw-Hill.Inc. Pennsylvania.